“Orang Penting Hanya Mengerjakan yang Penting”
Salah satu keinginan mendasar
setiap orang adalah; dihargai atau dianggap penting oleh orang lain. Sayangnya,
kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan itu. Ada
kalanya, orang lain tidak peduli akan keberadaan kita. Pergi tak ganjil. Datang
tak genap. Mereka tidak menganggap kita ada. Benar. Kita bisa cuek saja. Tetapi
sebagai mahluk sosial, kita tidak disiapkan untuk hidup dalam lingkup seperti
itu. Kita butuh pengakuan dari orang lain. Pengakuan atas keberadaan diri kita.
Kita. Butuh orang lain menganggap diri kita penting. Lantas, bagaimana caranya
menjadikan diri kita penting?
Sahabat, di dunia ini tentu kita
tak pernah bisa lepas dari pernak-pernik kehidupan. Entah itu yang menyenangkan
kita atau menyedihkan. Itulah dinamika dan rona-rona kehidupan yang pasti dijelang setiap insan,
siapa pun dia. Tanpanya, hidup dan kehidupan bagai terasa lesu dan hampa.
Keberadaan seseorang diuji dari seberapa besar manfaatnya bagi sesama dan
lingkungannya.
Islam melarang kita menjadi
orang yang wujuduhu ka ‘adamihi (keberadaannya
sama dengan ketiadaannya). Lebih dilarang lagi jika menjadi orang yang ‘adamuhu khoirun min wujudihi (ketiadaannya
lebih baik ketimbang keberadaannya).
Justru, Islam mengajarkan kita agar menjadi orang yang anfa’uhum linnas (paling bermanfaat bagi orang lain). Inilah
tipologi orang yang keberadaannya menguntungkan dan dinantikan siapa saja. Saya
menyebutnya dengan kata “orang penting”.
Setiap dari kita pasti ingin
menjadi orang seperti itu. Minimal, keberadaan kita dinilai penting oleh
lingkungan tempat kita tinggal. Teman yang dianggap penting akan menjadi tempat
curhat bagi temannya. Orangtua yang dianggap penting akan menjadi teladan bagi
anak-anaknya. Pegawai yang dianggap penting akan dipertahankan perusahaannya.
Pemimpin yang dianggap penting akan didengar rakyatnya. Tokoh yang dianggap
penting akan dikenang umatnya. Karena itu, tidak usah heran jika ada orang yang
ucapan dan tindakannya begitu mendapat perhatian dan sambutan dari banyak
kalangan. Dia adalah orang penting. Berbeda dengan orang yang tidak penting,
kehidupannya pun tidak terlalu dipedulikan oleh orang lain.
Jika kita bisa memberi kesan
yang baik. Berkontribusi positif. Kepada orang lain. Maka tentu orang lain akan
menganggap diri kita penting. Gagasannya sesederhana itu ternyata. Nah, bagi
Anda yang tertarik maka memulainya dengan menerapkan 4 prinsip Natural
Intelligence, berikut ini:
1. Kitalah yang menentukan diri kita penting atau tidak. Sepenting apa sih pekerjaan Anda bagi Anda? Tentu penting. Jika tidak, mengapa harus mempertahankannya, bukan? Bagi orang lain, apakah sedemikian pentingnya juga? Karena setiap pekerjaan terkait langsung dengan pekerjaan lainnya, maka penting atau tidaknya Anda bagi orang lain sangat bergantung pada bagaimana Anda menyelesaikan pekerjaan itu. Jika kita mengerjakannya dengan baik, maka peran kita menjadi sangat penting bagi mereka. Tapi, jika kita mengerjakannya secara ‘biasa-biasa’ saja; mengapa orang harus menilai kita sedemikian pentingnya? Jadi bukan orang lain yang menentukan apakah kita penting atau tidak. Melainkan diri kita sendiri. Melalui peran yang kita bawakan dalam menyelesaikan tugas-tugas kita.
2. Menjadikan diri kita berguna. Setiap orang dimotivasi oleh bisikan yang datang dari dalam dirinya sendiri. Dalam hal apapun. Disadari atau tidak. Kita selalu bertanya; apa sih untungnya buat gue? Ini bukan egois. Melainkan pertanda bahwa semakin hari, dunia semakin menuntut efisiensi. Jika kehadiran orang lain tidak berguna buat kita, mengapa dia jadi sedemikian pentingnya bagi kita? Sebaliknya, hanya jika kita bisa berguna bagi orang lain saja; mereka akan menilai kita penting. Jika tidak, maka kita tidak akan mendapatkan tempat dihati mereka. Makanya, menjadikan diri kita berguna bagi orang lain itu adalah aspek yang sangat penting. Untuk menjadikan diri kita penting dimata orang lain. Tunjukkan kepada mereka bahwa kehadiran kita benar-benar berguna. Tentu. Kita menjadi penting bagi mereka.
1. Kitalah yang menentukan diri kita penting atau tidak. Sepenting apa sih pekerjaan Anda bagi Anda? Tentu penting. Jika tidak, mengapa harus mempertahankannya, bukan? Bagi orang lain, apakah sedemikian pentingnya juga? Karena setiap pekerjaan terkait langsung dengan pekerjaan lainnya, maka penting atau tidaknya Anda bagi orang lain sangat bergantung pada bagaimana Anda menyelesaikan pekerjaan itu. Jika kita mengerjakannya dengan baik, maka peran kita menjadi sangat penting bagi mereka. Tapi, jika kita mengerjakannya secara ‘biasa-biasa’ saja; mengapa orang harus menilai kita sedemikian pentingnya? Jadi bukan orang lain yang menentukan apakah kita penting atau tidak. Melainkan diri kita sendiri. Melalui peran yang kita bawakan dalam menyelesaikan tugas-tugas kita.
2. Menjadikan diri kita berguna. Setiap orang dimotivasi oleh bisikan yang datang dari dalam dirinya sendiri. Dalam hal apapun. Disadari atau tidak. Kita selalu bertanya; apa sih untungnya buat gue? Ini bukan egois. Melainkan pertanda bahwa semakin hari, dunia semakin menuntut efisiensi. Jika kehadiran orang lain tidak berguna buat kita, mengapa dia jadi sedemikian pentingnya bagi kita? Sebaliknya, hanya jika kita bisa berguna bagi orang lain saja; mereka akan menilai kita penting. Jika tidak, maka kita tidak akan mendapatkan tempat dihati mereka. Makanya, menjadikan diri kita berguna bagi orang lain itu adalah aspek yang sangat penting. Untuk menjadikan diri kita penting dimata orang lain. Tunjukkan kepada mereka bahwa kehadiran kita benar-benar berguna. Tentu. Kita menjadi penting bagi mereka.
3. Memainkan peran kita sebaik-baiknya. Kita
berbagi peran dan tanggung jawab dengan orang-orang yang berhubungan dengan
kita. Dengan atasan. Dengan bawahan. Dengan teman. Ketika peran dan
tanggungjawab itu sudah dibagi-bagi, maka penyelesaian peran masing-masing
sangat menentukan kinerja team secara keseluruhan. Jika terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan, semua anggota team akan mengevaluasi. Kenapa kinerja kita
buruk begini? Pada saat itu akan ketahuan; siapa yang tidak bisa menyelesaikan
perannya dengan baik. Selanjutnya, sudah bisa ditebak. Seseorang harus sanggup
memainkan perannya sebaik-baiknya. Atau disingkirkan. Maka jika kita ingin
dianggap penting orang lain. Kita, harus bisa memainkan peran kita
sebaik-baiknya.
4. Menunaikan misi hidup kita. Apa sih alasan
utama Anda melakukan sesuatu? Mungkin gaji. Bonus. Pujian. Kemenangan. Semuanya
itu; wajar saja. Tetapi tubuh kita ini diciptakan melampaui semua ukuran
material itu. Kita lahir dengan satu misi; untuk memberi manfaat kepada lingkungan.
Teman-teman. Tetangga. Semuanya. Kita selalu punya pilihan untuk mengurung
diri. Yang penting kerjaan selesai. Habis perkara. Tetapi dengan misi hidup
itu; kita tidak lagi dibatasi oleh sekat-sekat pekerjaan. Tingkatan. Maupun
golongan. Kita akan terus memacu diri untuk secara konsisten berkontribusi
kepada orang lain. Ajaibnya. Hukum alam tetap jalan. Ketika banyak
berkontribusi. Maka kehadiran kita menjadi sangat penting sekali. So,
perbanyaklah kontribusi. Maka Anda menjadi pribadi yang penting.
Ketika kita merasa terisih dari lingkungan. Hal pertama yang perlu kita lakukan bukanlah mempertanyakan mengapa mereka memandang kita sebelah mata. Melain merenungkan; apa yang belum saya lakukan untuk berkontribusi kepada mereka? Karena dengan kontribusi itu, kita menjadi penting bagi mereka. Dan ketika kita menjadi penting. Mereka bersedia menerima kita. Pantaslah jika Rasulullah mengingatkan dengan kalimat indahnya; “Sebaik-baiknya seorang hamba. Adalah dia yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain”
Ketika kita merasa terisih dari lingkungan. Hal pertama yang perlu kita lakukan bukanlah mempertanyakan mengapa mereka memandang kita sebelah mata. Melain merenungkan; apa yang belum saya lakukan untuk berkontribusi kepada mereka? Karena dengan kontribusi itu, kita menjadi penting bagi mereka. Dan ketika kita menjadi penting. Mereka bersedia menerima kita. Pantaslah jika Rasulullah mengingatkan dengan kalimat indahnya; “Sebaik-baiknya seorang hamba. Adalah dia yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain”
Mari kita senantiasa memacu diri
untuk meraih prestasi. Keinginan saja tidak cukup, tanpa ditopang kemauan atau
ikhyiar serta diiringi dengan berdo’a. Berusaha tanpa berdoa itu sombong, an
berdoa tanpa berusaha itu kosong. Ingin pandai, kita harus belajar. Ingin kaya,
kita harus bekerja. Ingin sukses, kita harus berkarya. Ingin terhormat, kita
harus memuliakan diri. Ingin meraih ridha Allah, kita harus taat beribadah.
Benang merahnya adalah kita harus mampu memilah antara yang penting dan tidak
penting.
Demikian pula dalam menjalani
kehidupan ini kita harus selalu fokus. Jangan sampai terjebak oleh
persoalan-persoalan pinggiran alias tidak penting, yang kerapkali
melalaikan dan melupakan kita dari
tujuan utama dan mulia. Karena itu, sabda Rasulullah dan firman Allah di atas
patut dijadikan panduan. Orang Islam yang baik harus berpaling dari segala
sesuatu, tindakan atau ucapan, yang sia-sia. Para bijak bestari mengatakan,
“orang penting hanya mengerjakan yang penting”.