Kamis, 19 Juli 2012


“Orang Penting Hanya Mengerjakan yang Penting”

Salah satu keinginan mendasar setiap orang adalah; dihargai atau dianggap penting oleh orang lain. Sayangnya, kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan itu. Ada kalanya, orang lain tidak peduli akan keberadaan kita. Pergi tak ganjil. Datang tak genap. Mereka tidak menganggap kita ada. Benar. Kita bisa cuek saja. Tetapi sebagai mahluk sosial, kita tidak disiapkan untuk hidup dalam lingkup seperti itu. Kita butuh pengakuan dari orang lain. Pengakuan atas keberadaan diri kita. Kita. Butuh orang lain menganggap diri kita penting. Lantas, bagaimana caranya menjadikan diri kita penting?
Sahabat, di dunia ini tentu kita tak pernah bisa lepas dari pernak-pernik kehidupan. Entah itu yang menyenangkan kita atau menyedihkan. Itulah dinamika dan rona-rona  kehidupan yang pasti dijelang setiap insan, siapa pun dia. Tanpanya, hidup dan kehidupan bagai terasa lesu dan hampa. Keberadaan seseorang diuji dari seberapa besar manfaatnya bagi sesama dan lingkungannya.
Islam melarang kita menjadi orang yang wujuduhu ka ‘adamihi (keberadaannya sama dengan ketiadaannya). Lebih dilarang lagi jika menjadi orang yang ‘adamuhu khoirun min wujudihi (ketiadaannya lebih baik ketimbang keberadaannya). Justru, Islam mengajarkan kita agar menjadi orang yang anfa’uhum linnas (paling bermanfaat bagi orang lain). Inilah tipologi orang yang keberadaannya menguntungkan dan dinantikan siapa saja. Saya menyebutnya dengan kata “orang penting”.
Setiap dari kita pasti ingin menjadi orang seperti itu. Minimal, keberadaan kita dinilai penting oleh lingkungan tempat kita tinggal. Teman yang dianggap penting akan menjadi tempat curhat bagi temannya. Orangtua yang dianggap penting akan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Pegawai yang dianggap penting akan dipertahankan perusahaannya. Pemimpin yang dianggap penting akan didengar rakyatnya. Tokoh yang dianggap penting akan dikenang umatnya. Karena itu, tidak usah heran jika ada orang yang ucapan dan tindakannya begitu mendapat perhatian dan sambutan dari banyak kalangan. Dia adalah orang penting. Berbeda dengan orang yang tidak penting, kehidupannya pun tidak terlalu dipedulikan oleh orang lain.
Jika kita bisa memberi kesan yang baik. Berkontribusi positif. Kepada orang lain. Maka tentu orang lain akan menganggap diri kita penting. Gagasannya sesederhana itu ternyata. Nah, bagi Anda yang tertarik maka memulainya dengan menerapkan 4 prinsip Natural Intelligence, berikut ini:

1. Kitalah yang menentukan diri kita penting atau tidak. Sepenting apa sih pekerjaan Anda bagi Anda? Tentu penting. Jika tidak, mengapa harus mempertahankannya, bukan? Bagi orang lain, apakah sedemikian pentingnya juga? Karena setiap pekerjaan terkait langsung dengan pekerjaan lainnya, maka penting atau tidaknya Anda bagi orang lain sangat bergantung pada bagaimana Anda menyelesaikan pekerjaan itu. Jika kita mengerjakannya dengan baik, maka peran kita menjadi sangat penting bagi mereka. Tapi, jika kita mengerjakannya secara ‘biasa-biasa’ saja; mengapa orang harus menilai kita sedemikian pentingnya? Jadi bukan orang lain yang menentukan apakah kita penting atau tidak. Melainkan diri kita sendiri. Melalui peran yang kita bawakan dalam menyelesaikan tugas-tugas kita.

2. Menjadikan diri kita berguna. Setiap orang dimotivasi oleh bisikan yang datang dari dalam dirinya sendiri. Dalam hal apapun. Disadari atau tidak. Kita selalu bertanya; apa sih untungnya buat gue? Ini bukan egois. Melainkan pertanda bahwa semakin hari, dunia semakin menuntut efisiensi. Jika kehadiran orang lain tidak berguna buat kita, mengapa dia jadi sedemikian pentingnya bagi kita? Sebaliknya, hanya jika kita bisa berguna bagi orang lain saja; mereka akan menilai kita penting. Jika tidak, maka kita tidak akan mendapatkan tempat dihati mereka. Makanya, menjadikan diri kita berguna bagi orang lain itu adalah aspek yang sangat penting. Untuk menjadikan diri kita penting dimata orang lain. Tunjukkan kepada mereka bahwa kehadiran kita benar-benar berguna. Tentu. Kita menjadi penting bagi mereka.
3. Memainkan peran kita sebaik-baiknya. Kita berbagi peran dan tanggung jawab dengan orang-orang yang berhubungan dengan kita. Dengan atasan. Dengan bawahan. Dengan teman. Ketika peran dan tanggungjawab itu sudah dibagi-bagi, maka penyelesaian peran masing-masing sangat menentukan kinerja team secara keseluruhan. Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, semua anggota team akan mengevaluasi. Kenapa kinerja kita buruk begini? Pada saat itu akan ketahuan; siapa yang tidak bisa menyelesaikan perannya dengan baik. Selanjutnya, sudah bisa ditebak. Seseorang harus sanggup memainkan perannya sebaik-baiknya. Atau disingkirkan. Maka jika kita ingin dianggap penting orang lain. Kita, harus bisa memainkan peran kita sebaik-baiknya.
4. Menunaikan misi hidup kita. Apa sih alasan utama Anda melakukan sesuatu? Mungkin gaji. Bonus. Pujian. Kemenangan. Semuanya itu; wajar saja. Tetapi tubuh kita ini diciptakan melampaui semua ukuran material itu. Kita lahir dengan satu misi; untuk memberi manfaat kepada lingkungan. Teman-teman. Tetangga. Semuanya. Kita selalu punya pilihan untuk mengurung diri. Yang penting kerjaan selesai. Habis perkara. Tetapi dengan misi hidup itu; kita tidak lagi dibatasi oleh sekat-sekat pekerjaan. Tingkatan. Maupun golongan. Kita akan terus memacu diri untuk secara konsisten berkontribusi kepada orang lain. Ajaibnya. Hukum alam tetap jalan. Ketika banyak berkontribusi. Maka kehadiran kita menjadi sangat penting sekali. So, perbanyaklah kontribusi. Maka Anda menjadi pribadi yang penting.

            Ketika kita merasa terisih dari lingkungan. Hal pertama yang perlu kita lakukan bukanlah mempertanyakan mengapa mereka memandang kita sebelah mata. Melain merenungkan; apa yang belum saya lakukan untuk berkontribusi kepada mereka? Karena dengan kontribusi itu, kita menjadi penting bagi mereka. Dan ketika kita menjadi penting. Mereka bersedia menerima kita. Pantaslah jika Rasulullah mengingatkan dengan kalimat indahnya; “Sebaik-baiknya seorang hamba. Adalah dia yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain”
Mari kita senantiasa memacu diri untuk meraih prestasi. Keinginan saja tidak cukup, tanpa ditopang kemauan atau ikhyiar serta diiringi dengan berdo’a. Berusaha tanpa berdoa itu sombong, an berdoa tanpa berusaha itu kosong. Ingin pandai, kita harus belajar. Ingin kaya, kita harus bekerja. Ingin sukses, kita harus berkarya. Ingin terhormat, kita harus memuliakan diri. Ingin meraih ridha Allah, kita harus taat beribadah. Benang merahnya adalah kita harus mampu memilah antara yang penting dan tidak penting.
Demikian pula dalam menjalani kehidupan ini kita harus selalu fokus. Jangan sampai terjebak oleh persoalan-persoalan pinggiran alias tidak penting, yang kerapkali melalaikan  dan melupakan kita dari tujuan utama dan mulia. Karena itu, sabda Rasulullah dan firman Allah di atas patut dijadikan panduan. Orang Islam yang baik harus berpaling dari segala sesuatu, tindakan atau ucapan, yang sia-sia. Para bijak bestari mengatakan, “orang penting hanya mengerjakan yang penting”.